Di balik glamor sirkuit Monaco dan deru mesin Ferrari, ada pertarungan yang lebih besar sedang dipersiapkan di Detroit, markas General Motors (GM). Setelah setahun ditolak, Cadillac—legenda mobil Amerika Serikat—akhirnya resmi menjadi tim ke-11 di grid Formula 1 (F1) 2026. Namun, ini bukan sekadar persaingan balap. Ini adalah langkah strategis GM untuk menancapkan pengaruh di jantung olahraga yang didominasi Eropa, sekaligus menguji teknologi hijau yang akan menentukan masa depan mobil dunia.
Awalnya, proposal GM dan Andretti Global ditolak FIA (Federation International de l’Atumobile) pada Januari 2024. Alasannya klasik. kepentingan komersial F1 dan keraguan terhadap nilai tambah tim baru. Tapi GM tak menyerah. Mereka mengulangi taktik yang pernah sukses di Le Mans. GM berkolaborasi dengan TWG Global, konglomerat yang menguasai Andretti Global, Spire Motorsports (NASCAR), dan Wayne Taylor Racing (IMSA), diajak merombak proposal. Andretti, meski namanya dihapus dari branding, tetap menjadi otak operasional. Hasilnya? Tim Cadillac F1 lahir dengan DNA Amerika yang kental, namun dibungkus strategi global.
Seperti dikutip Autoweek, Mark Reuss, Presiden GM, tak menyembunyikan ambisi. F1 2026 adalah panggung untuk menunjukkan bahwa mesin pembakaran internal (ICE) masih relevan—dengan syarat dipadukan dengan energi berkelanjutan. Sesuai regulasi F1 2026 yang mewajibkan penggunaan 100% bahan bakar sintetis dan sistem hybrid yang lebih efisien, Cadillac akan menguji coba teknologi yang kelak dipakai di mobil mereka. “Bayangkan Corvette listrik 2030 dengan baterai yang diracik di garasi F1,” ujar Russ O’Blenes, Kepala Program Mesin Cadillac, yang sebelumnya memimpin proyek mesin Chevrolet di NASCAR.
GM tak main-main. Mereka merekrut Graeme Lowdon, mantan Team Principal Marussia yang dikenal sebagai penyelamat tim kecil. Lowdon diyakini bisa memaksimalkan anggaran terbatas lewat efisiensi—sebuah keahlian kritis di era cost-cap F1. Sementara di balik layar, TWG Global memanfaatkan jaringan mereka di NASCAR dan IMSA untuk mengembangkan komponen aerodinamika yang adaptif di lintasan street circuit seperti Miami atau Las Vegas. “Kami membawa filosofi balap Amerika dimana inovasi lahir dari keterbatasan,” tambah Lowdon.
Meski pembalap belum diumumkan, spekulasi mengarah pada kolaborasi lintas generasi. Connor Zilisch, bintang muda Chevrolet di NASCAR, disebut-sebut sedang menjalani pelatihan intensif di simulator Cadillac. Tapi GM juga dikabarkan ingin memburu pembalap Eropa untuk memoles citra. Esteban Ocon, yang kontraknya dengan Alpine habis di 2025, menjadi kandidat kuat. “Kami butuh kombinasi antara darah baru dan pengalaman,” ujar sumber internal GM.
Bagi GM, kehadiran di F1 adalah investasi jangka panjang. Menurut analis industri, saham GM bisa naik 8-10% hanya dengan masuk grid—terlepas dari hasil balap. “Ini tentang memperkuat positioning Cadillac sebagai merek mewah global, bersaing dengan Mercedes-AMG atau Aston Martin,” kata Lana Walters, analis otomotif dari JP Morgan. Di saat yang sama, GM memantik perang dagang terselubung dengan Ford, yang dikabarkan sedang memantau langkah ini untuk rencana masuk F1 bersama Tim Red Bull.
Komunitas F1 Eropa menyambut dengan sinis. Seorang insinyur Ferrari yang enggan disebut namanya berkomentar: “Orang Amerika selalu berpikir bisa menaklukkan F1 dalam semalam. Lihat saja kegagalan Honda dulu.” Tapi GM belajar dari sejarah. Alih-alih membangun mesin dari nol, mereka memakai basis power unit yang sudah disetujui FIA untuk tim baru, lalu memodifikasinya dengan teknologi hybrid dari program Le Mans Cadillac. “Kami tak ingin mengulang kesalahan Toyota di era 2000-an,” tegas Reuss.
Selama puluhan tahun, F1 menjadi ajang eksklusif raksasa Eropa dan Asia. Kini, dengan Cadillac, GM tak hanya menantang status quo—mereka membawa perang teknologi otomotif abad ke-21 ke sirkuit. Jika berhasil, langkah ini bisa menjadi preseden bagi OEM (Original Equipment Manfacturer) AS lain untuk menyerbu. Jika gagal? Setidaknya, seperti kata Michael Andretti yang kini fokus di balik layer, “kami sudah membuat Eropa tidak bisa lagi memandang remeh impian Amerika.”
Tirai telah dibuka. Tinggal menunggu 2026 untuk melihat apakah mesin Cadillac akan menggema sebagai pahlawan baru—atau sekadar epilog dari ambisi yang tergesa-gesa.