Kompetisi Climate Impact Innovations Challenge 2025 Kembali Digelar

Dalam upaya mempercepat solusi praktis menghadapi krisis iklim, Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) 2025 kembali digelar dengan sentuhan kecerdasan buatan (AI) dan kolaborasi internasional. Kompetisi tahunan ini, hasil kolaborasi East Ventures dan Temasek Foundation, tidak hanya menjadi ajang pencarian solusi iklim terbesar di Indonesia, tetapi juga menegaskan peran teknologi dan kolaborasi lintas batas sebagai kunci transisi berkelanjutan.

Tahun ini, CIIC 2025 mengusung tiga fokus utama yang selaras dengan prioritas nasional dan global: Yakni,  Transisi Energi– Mendorong solusi energi terbarukan yang inklusif, seperti sistem mobilitas rendah emisi dan efisiensi sumber daya untuk industri. Pertanian Berkelanjutan: Inovasi adaptif bagi petani dan nelayan, mulai dari akuakultur ramah lingkungan hingga restorasi ekosistem berbasis teknologi dan Ekonomi Sirkular: Pengelolaan limbah, air, dan mitigasi bencana iklim melalui pendekatan sirkular yang meningkatkan ketahanan komunitas.

Uniknya, edisi kali ini secara khusus mengintegrasikan AI sebagai game-changer. Peserta didorong memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan solusi di ketiga pilar, seperti prediksi pola cuaca ekstrem, manajemen limbah berbasis data real-time, atau sistem irigasi pintar untuk pertanian.

Sejak diluncurkan pada 2023, CIIC telah menjadi magnet bagi inovator global. Tahun lalu, kompetisi ini menarik lebih dari 500 pendaftar dari 50 negara, termasuk pemenang seperti SunGreenH2 (Singapura) yang mengembangkan hidrogen hijau, dan AC Biode (Jepang) dengan teknologi daur ulang baterai berbasis biologi. Pada 2025, panitia membuka pendaftaran lebih awal (Maret-Juni) untuk memberi ruang bagi partisipasi yang lebih luas, termasuk startup rintisan yang telah memiliki prototipe siap uji.

Avina Sugiarto, Partner East Ventures, dalam siran resmi, Rabu (5/2/2025), “Ini bukan sekadar kompetisi, tetapi ekosistem yang menghubungkan talenta global dengan kebutuhan lokal Indonesia. Solusi seperti hidrogen hijau atau pengelolaan limbah AI-driven bukti bahwa inovasi kecil bisa berdampak sistemik.”

Total hadiah Rp10 miliar disiapkan untuk membantu pemenang menguji coba solusi di Indonesia — langkah kritis sebelum komersialisasi. Menariknya, kriteria seleksi tidak hanya menilai teknologi, tetapi juga potensi replikasi di daerah terpencil dan dampak sosial-ekonomi bagi komunitas rentan. Heng Li Lang dari Temasek Foundation menambahkan, “Kami tidak mencari solusi ‘sempurna’, tetapi yang bisa diadaptasi petani kecil di Kalimantan atau nelayan di Sulawesi. Inilah esensi keadilan iklim.”

Selain pendanaan, peserta akan menjalani program mentorship selama Agustus 2025 bersama pakar dari East Ventures, Temasek Foundation, dan mitra strategis seperti UNDP Indonesia. Fase ini dirancang untuk menyempurnakan model bisnis, regulasi, dan strategi skala-up. Grand Finale pada September 2025 juga akan diintegrasikan dengan forum sustainability internasional, membuka peluang kolaborasi dengan investor dan pemerintah.

Sebagai negara dengan hutan tropis terluas ketiga dan garis pantai terpanjang kedua dunia, Indonesia menjadi “laboratorium hidup” untuk uji coba solusi iklim. Namun, tekanan deforestasi, ketahanan pangan, dan transisi energi yang inklusif masih menjadi tantangan. CIIC 2025 hadir sebagai jembatan antara teknologi mutakhir dan kebutuhan nyata di lapangan — membuktikan bahwa inovasi iklim bukan hanya untuk kota besar, tetapi juga untuk desa-desa yang paling terdampak krisis.

Climate Impact Innovations Challenge adalah inisiatif tahunan East Ventures dan Temasek Foundation sejak 2023. Dengan lebih dari 800 pendaftar dari 50 negara dalam dua edisi, kompetisi ini menjadi platform utama bagi solusi iklim berbasis teknologi di Asia Tenggara.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *