Keajaiban Pala Papua, Wanginya Memikat Industri Parfum Dunia Berkat Sentuhan Perempuan Adat

“Harga pala seringkali tidak stabil dan sangat bergantung pada musim. Ketika harga anjlok, pendapatan dari pala едва cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah musim panen berakhir, banyak dari kami terpaksa mencari pekerjaan lain demi menghidupi keluarga,” keluh Mama Siti.

Dengan penuh kearifan lokal, ia menambahkan, “Pohon pala Tomandin bukan sekadar pohon bagi kami. Ini adalah warisan dari leluhur kami yang telah menghidupi kami dari generasi ke generasi. Saya hanya bisa mengatakan bahwa pala Tomandin adalah keajaiban bagi kami.”

Inisiatif Wewowo Lestari: Harapan Baru dari Hutan Papua

Di tengah tantangan ekonomi yang menghimpit, secercah harapan muncul melalui inisiatif bernama Wewowo Lestari, yang digagas oleh Kaleka. Program visioner ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pala Papua sekaligus menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi sumber kehidupan masyarakat adat. Melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan, para perempuan petani diajarkan teknik pengolahan pala yang lebih modern dan efisien.

Venticia Hukom, Asisten Badan Eksekutif Kaleka, menjelaskan, “Kami berupaya memberdayakan para petani dengan memberikan edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen secara efisien. Hal ini kami lakukan dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik di setiap tahapan produksi, mulai dari pengumpulan buah hingga pengeringan pala menggunakan solar dryer. Hasilnya sungguh menggembirakan, kami berhasil meningkatkan pendapatan penjualan pala antara 13 hingga 40%.”

Peran Kaleka tidak hanya terbatas pada peningkatan kualitas produk. Mereka juga aktif membuka akses ke pasar yang lebih luas. Langkah strategis dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan laboratorium Association Francaise des Dieteticiens Nutritionnistes (AFDN) di Prancis untuk melakukan penelitian mendalam terhadap hasil olahan pala. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe produk parfum yang akan dikirimkan kepada perusahaan-perusahaan parfum ternama di dunia, seperti Hermes dan Chanel.

“Orang biasanya meremehkan pala Papua karena oil extraction rate-nya yang sangat rendah. Namun, melalui penelitian yang berkelanjutan, kami berhasil meningkatkan oil extraction rate pala Papua dari yang semula hanya 1% menjadi 3,5%. Ini membuka peluang besar untuk pengembangan produk turunan lainnya, seperti parfum dan kosmetik,” jelas Venticia Hukom.

Keberhasilan penelitian ini semakin membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, pala Papua memiliki potensi yang sangat besar untuk bersaing di kancah internasional.

Meningkatkan Ekonomi Lokal, Melestarikan Alam Papua

Inisiatif Wewowo Lestari tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan petani, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kelestarian lingkungan. Melalui Koperasi Mery Tora Qpohi, sebuah badan usaha yang didirikan oleh dan untuk petani pala, para petani kini mendapatkan tambahan pendapatan sebesar 11 hingga 40%, tergantung pada jenis dan kualitas pala yang mereka jual. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang mereka peroleh jika menjual pala kepada pengepul atau tengkulak lokal.

Kabupaten Fakfak di Papua Barat adalah rumah bagi 908.850 hektar hutan, di mana sekitar 26.927 masyarakat adat menggantungkan hidupnya pada sekitar 56 pohon pala per hektar hutan. Kaleka telah mendedikasikan diri untuk keberlanjutan pala selama kurang lebih delapan tahun. Bagi masyarakat adat, pala bukan sekadar komoditas; pala adalah kehidupan itu sendiri.

Mama Siti dengan bijak menjelaskan, “Dengan menerapkan kearifan lokal dalam pengolahan pala secara berkelanjutan, kami dapat mempertahankan mata pencaharian yang stabil tanpa harus mengorbankan lingkungan. Ini juga memberikan insentif bagi kami untuk senantiasa menjaga kelestarian hutan, sehingga kami tidak perlu bergantung pada industri ekstraktif yang merusak alam.”

Pemanfaatan seluruh bagian pala, termasuk kulit dan bijinya, juga menghasilkan produk turunan F&B yang inovatif, seperti sirup dan manisan untuk supermarket dan kafe di Fakfak, hingga produk kosmetik seperti minyak atsiri. Hal ini semakin meningkatkan nilai ekonomis komoditas pala.

“Dengan bantuan Kaleka, kami terus berupaya memanfaatkan setiap bagian dari pala untuk meminimalisir limbah yang biasanya menumpuk saat hanya digunakan sebagai bahan masakan. Saat ini, kami sudah menjual kurang lebih 500 botol sari buah yang berbahan dasar daging buah pala yang selama ini hanya dibiarkan membusuk di bawah pohon,” tutur Mama Siti dengan bangga.

Keberhasilan inisiatif Wewowo Lestari memberikan harapan baru yang membentang luas bagi para petani pala di Papua. Melalui pendekatan ekonomi restoratif, Wewowo Lestari mendorong pembelajaran bersama berbasis bukti, yang diharapkan dapat mendorong advokasi perubahan kebijakan pengelolaan lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dengan pendekatan berbasis komunitas, program ini menjaga tradisi dan kekayaan alam Papua sebagai fondasi utama ekonomi lokal.

“Dalam lima tahun ke depan, kami membayangkan sebuah usaha sosial yang fungsional dan dipimpin sepenuhnya oleh masyarakat adat, yang mampu menjual pala mereka dengan nilai jual tinggi, setara dengan komoditas berkelanjutan lainnya dari Papua Barat seperti rumput laut, kepiting, dan nilam. Ini akan secara signifikan meningkatkan mata pencaharian masyarakat adat. Dalam sepuluh tahun, Kaleka menargetkan hutan adat untuk mendapatkan pengakuan di tingkat nasional, dan beberapa kebijakan perlindungan hutan dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia. Dalam lima belas tahun, kita akan menyaksikan lahirnya klaster industri parfum, minyak atsiri, dan produk perikanan yang maju di Fakfak, Papua Barat,” pungkas Venticia Hukom dengan visi yang jelas.

Inisiatif yang luar biasa ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian alam dan peningkatan ekonomi dapat berjalan beriringan, dipimpin oleh kearifan lokal yang kaya dari tanah Papua.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *