Bagi pengemudi truk dan bus, malam hari saat hujan adalah ujian nyata. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas diri sendiri, tetapi juga penumpang, barang, dan pengguna jalan lain. Di sini, kewaspadaan dan persiapan teknis menjadi kunci. Demikian kata Ahmad Juweni, National Sales Manager Truck & Bus Radial PT Hankook Tire Sales Indonesia. Menurutnya, selain faktor manusia, kualitas ban dan pemahaman teknik berkendara yang tepat adalah garis pertahanan pertama menghadapi cuaca ekstrem.
Dalam siaran presnya, Rabu (12/3/2025) Hankook Tire menekankan empat langkah kritis yang sering diabaikan pengemudi. Pertama, penggunaan lampu yang tepat. Menyalakan lampu utama dan memastikan stop lamp berfungsi adalah wajib, namun penggunaan lampu sorot berlebihan justru berbahaya—silau dapat membutakan pengemudi dari arah berlawanan. Kedua, reduksi kecepatan. Di jalan tol, kecepatan ideal truk dan bus saat hujan adalah 50-60 km/jam, atau 20% lebih rendah dari batas normal. “Kecepatan rendah memberi waktu reaksi ekstra saat daya cengkeram ban berkurang,” jelas Ahmad.
Ketiga, jaga jarak aman. Di malam hujan, jarak pengereman bisa meningkat 30-50% akibat permukaan licin. Menjaga jarak minimal 5 detik dari kendaraan depan menjadi rekomendasi utama. Keempat, hindari genangan air. Genangan sering menyembunyikan lubang atau permukaan licin, sementara aquaplaning—saat ban kehilangan traksi karena lapisan air—bisa membuat kendaraan berat sekalipun kehilangan kendali. “Ban yang tepat bisa mengurangi risiko ini,” ujar Ahmad.
Selain teknik berkendara, persiapan kendaraan menjadi faktor penentu. Hankook Tire mengingatkan tiga aspek krusial:
- Kontrol utama: Pastikan kemudi, rem, gas, dan kopling responsif. Rem yang “ngelotok” atau kemudi berat bisa menjadi bencana di jalan basah.
- Wiper berkualitas: Visibilitas adalah nyawa pengemudi. Wiper yang rusak atau karet mengeras akan memperparah pantulan cahaya lampu dan percikan air.
- Kondisi ban: “Ban adalah satu-satunya bagian kendaraan yang menyentuh jalan. Jika tapak sudah di bawah 3 mm, segera ganti,” tegas Ahmad. Ban tipis tidak hanya mengurangi cengkeraman, tetapi juga meningkatkan risiko pecah ban—ancaman mematikan bagi truk bermuatan penuh.
Di sinilah Hankook Tire memosisikan diri sebagai solusi. Melalui produk andalannya, AH30 dan SmartFlex AH31, perusahaan ini menawarkan teknologi khusus untuk kendaraan niaga. AH30 didesain dengan tiga alur zig-zag yang meningkatkan traksi dan stabilitas muatan berat, sementara SmartFlex AH31 menggunakan pola tapak inovatif untuk mencegah aquaplaning. “Blok tapak yang lebar dan kaku pada AH31 memastikan kontak maksimal dengan jalan basah, bahkan di kecepatan tinggi,” papar Ahmad.
Tak hanya mengandalkan produk, Hankook Tire aktif mengedukasi pengemudi melalui program konsultasi di jaringan distributornya. Mulai dari pemeriksaan tekanan ban gratis hingga simulasi menghadapi aquaplaning, perusahaan berkomitmen membangun budaya safety yang holistik. “Kami tidak ingin pengemudi hanya mengganti ban, tetapi memahami bagaimana setiap komponen bekerja menyelamatkan nyawa,” ujar Ahmad.
Upaya ini sejalan dengan tren industri transportasi yang kian menitikberatkan keberlanjutan. Ban berkualitas tinggi seperti AH31 tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga menghemat bahan bakar hingga 8% berkat rolling resistance yang rendah—sebuah nilai tambah di tengah fluktuasi harga energi.
Langkah-langkah Hankook Tire ini bukan tanpa alasan. Menurut studi internal mereka, 70% kecelakaan truk/bus di malam hujan dipicu oleh kombinasi ban aus dan kesalahan human error. Dengan edukasi dan inovasi produk, perusahaan optimis angka kecelakaan bisa ditekan hingga 40% dalam dua tahun ke depan.
“Kami percaya, keselamatan adalah hasil kolaborasi antara manusia yang terlatih, teknologi yang andal, dan kesadaran untuk terus memperbarui pengetahuan,” tutup Ahmad. Di tengah cuaca ekstrem yang kian tak terprediksi, inisiatif seperti ini bukan sekadar bisnis—melainkan ikhtiar menyelamatkan ribuan nyawa di jalan raya.