Pembuka musim MotoGP 2025 di Chang International Circuit, Thailand, menjadi panggung penuh kejutan sekaligus bukti kedigdayaan Ducati dalam menguasai sirkuit lewat kolaborasi tim dan kecanggihan mesin. Marc Márquez, yang baru bergabung dengan Ducati Lenovo Team, sukses meraih kemenangan perdananya bersama Borgo Panigale, sementara tiga pembalap lain menggunakan motor Ducati turut menempati posisi empat besar—sebuah pencapaian yang menegaskan dominasi pabrikan Italia ini di awal musim.
Dalam riis resmi Ducati Indonesia, Senin (3/3/2025), kemenangan Marc Márquez bukan sekadar kisah individual. Di baliknya, terdapat kolaborasi solid antara tim factory Ducati Lenovo dan tim satelit seperti Gresini Racing serta VR46 Racing Team. Alex Márquez (Gresini Racing) finis di posisi kedua dengan motor Ducati, sementara Franco Morbidelli (VR46 Racing Team) mengamankan posisi keempat. Bahkan Francesco “Pecco” Bagnaia, juara bertahan yang sempat kesulitan adaptasi, berhasil meraih podium ketiga. Hasil ini mengantarkan Ducati memimpin klasemen konstruktor (37 poin) dan tim (60 poin)—sinyal kuat bahwa strategi pengembangan teknologi dan pembagian sumber daya antar-tim berjalan optimal.
“Kemenangan ini adalah bukti kerja sama tim yang luar biasa. Motor ini dirancang untuk bertarung dalam kondisi apa pun, dan dukungan teknis dari Ducati Corse membuat kami percaya diri,” ujar Marc Márquez usai balapan,
Balapan di suhu mencapai 35°C menjadi ujian ketahanan fisik pembalap dan performa mesin. Marc Márquez, yang start dari pole position, sempat kehilangan posisi terdepan pada lap ketujuh karena tekanan ban depan yang kritis. Namun, kepiawaiannya membaca ritme balap membuatnya kembali merebut puncak di tikungan 12 dengan empat lap tersisa. Sementara itu, Bagnaia mengaku kesulitan menjaga grip ban belakang, tetapi tetap bertahan di podium berkat keandalan mesin Desmosedici GP25. “Cuaca panas memengaruhi strategi kami, tetapi tim telah menyiapkan solusi pendinginan dan setting ban yang tepat. Ini adalah kemenangan engineering sebanyak kemenangan pembalap,” jelas Luigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse.
Meski finis ketiga, Bagnaia mengungkapkan ketidakpuasan. Juara dunia dua musim terakhir ini kesulitan menemukan ritme ideal di sirkuit Thailand yang bukan termasuk favoritnya. “Saya kehilangan 14 poin dari Marc, tapi ini baru awal. Kami akan menganalisis data untuk meningkatkan performa di Argentina,” tuturnya. Ketangguhan mental Bagnaia tetap menjadi aset Ducati Lenovo Team dalam perburuan gelar ketiga berturut-turut.
GP Argentina di Termas de Río Hondo (14-16 Maret) akan menjadi ujian berikutnya. Sirkuit berkarakter teknis ini kerap menjadi medan sulit bagi Ducati, tetapi dengan kepercayaan diri pascakemenangan di Thailand dan kedewasaan Marc Márquez dalam mengelola balapan, peluang untuk memperlebar jarak di klasemen terbuka lebar.
Kemenangan di Thailand bukan hanya tentang Marc Márquez yang bangkit, tetapi juga tentang bagaimana Ducati membangun ekosistem balap yang tak hanya mengandalkan satu pembalap. Dengan dukungan teknologi mutakhir dan sinergi antartim, Borgo Panigale siap menulis babak baru dominasi di MotoGP 2025.