Di tengah gejolak pasar global yang belum sepenuhnya pulih, PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) membuktikan bahwa bisnis dengan fundamental kuat dan strategi matang tetap mampu menarik antusiasme luar biasa dari investor. Jaringan kedai kopi premium ini sukses mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan rekor oversubscription 200,63 kali dan langsung menyentuh auto reject atas (ARA) di hari pertama perdagangan. Saham FORE melesat 34,04% ke level Rp252 per saham, mengukuhkan optimisme pasar terhadap masa depan bisnis kopi lokal yang berkelanjutan.
IPO Fore Coffee tidak sekadar menjadi ajang penggalangan dana, tetapi juga simbol kematangan bisnis startup Indonesia. Dengan menghimpun dana Rp353,44 miliar dari penawaran 1,88 miliar saham (harga Rp188/saham), perusahaan siap mengakselerasi ekspansi 140 gerai baru dalam dua tahun ke depan. “Melantai di BEI adalah bukti bahwa startup Indonesia bisa dikelola dengan prinsip profitable growth dan tata kelola transparan. Kami tidak mengejar valuasi instan, tapi membangun bisnis yang membuat Indonesia bangga,” tegas Willson Cuaca, Komisaris Utama Fore Coffee sekaligus Co-Founder East Ventures.
Tingginya permintaan saham FORE (114.873 ribu investor) mencerminkan kombinasi faktor kunci. Pertama, kinerja finansial yang solid tercermin hingga September 2024 dengan penjualan bersih mencapai Rp727 miliar (naik 135% YoY) dan laba kotor sebesar Rp447 miliar (tumbuh 128% YoY), menunjukkan efektivitas model bisnis yang dijalankan. Kedua, proyeksi pasar yang cerah, di mana analisis Redseer memprediksi pasar kopi Indonesia akan tumbuh 11% per tahun hingga 2030 dan bernilai US$12,6 miliar, memberikan keyakinan akan potensi pertumbuhan Fore Coffee di masa depan. Ketiga, dukungan ekosistem dari East Ventures memberikan akses ke jaringan mitra, teknologi, dan modal ventura yang menjadi diferensiasi strategis bagi perusahaan. “Investor melihat Fore Coffee bukan hanya sebagai kedai kopi, tapi lifestyle ecosystem yang relevan dengan tren konsumen muda,” ungkap Vico Lomar, CEO Fore Coffee.
Lonjakan harga saham ke ARA (Rp252/saham) di sesi pembukaan bukanlah kebetulan. Analis Mandiri Sekuritas menyoroti tiga faktor pendorong utama. Pertama, valuasi IPO sebesar Rp188/saham dianggap undervalued jika dibandingkan dengan CAGR pendapatan perusahaan yang mencapai 112% (2021–2023). Kedua, alokasi dana IPO yang terukur, di mana 78% dialokasikan untuk perluasan gerai dan diversifikasi bisnis, dinilai sebagai langkah yang minim risiko. Ketiga, konsistensi rasa dan inovasi yang terus dijaga melalui tim R&D dan pelatihan barista menjadi garda terdepan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.
Dana hasil IPO akan dialokasikan secara strategis untuk beberapa tujuan utama. Sekitar Rp275 miliar akan digunakan untuk ekspansi 140 gerai baru, dengan fokus pada kota kedua dan ketiga yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi tinggi. Selain itu, Rp60 miliar dialokasikan untuk diversifikasi lini bisnis, termasuk pengembangan produk ready-to-drink dan konsep gerai premium-experience melalui anak usaha. Terakhir, sekitar Rp18,44 miliar akan digunakan untuk penguatan operasional, termasuk optimalisasi rantai pasok dan implementasi teknologi cloud-based untuk meningkatkan efisiensi. “Target kami bukan hanya jadi pemain terbesar, tapi yang paling dicintai. Setiap gerai baru harus memperkuat hubungan emosional dengan pelanggan,” tambah Vico.
Kesuksesan IPO Fore Coffee menjadi wake-up call bagi startup yang kerap mengorbankan profitabilitas demi mengejar skalasi yang cepat. Dengan EBITDA mencapai Rp135 miliar (naik 187% YoY), perusahaan membuktikan bahwa disiplin fiskal dan inovasi berbasis data adalah kunci keberlanjutan bisnis.