Renault Hentikan Proyek Mesin F1 Setelah Musim 2025

Renault secara resmi mengonfirmasi bahwa kegiatan mereka di dunia Formula 1 sebagai penyedia mesin akan berakhir pada penghujung musim 2025. Keputusan ini telah diperkirakan selama beberapa bulan terakhir dan menimbulkan protes luas, terutama dari para pekerja Renault di Prancis yang berupaya membalikkan keputusan tersebut.

Renault telah lama terlibat dalam ajang Formula 1, memulai kiprahnya sejak 1977 dan secara berkelanjutan sejak 1989, meskipun terkadang menggunakan nama yang berbeda. Sejak 2021, hanya tim F1 Renault yang berkompetisi di bawah nama Alpine—divisi mobil sport Renault—yang menggunakan unit tenaga mereka.

Penutupan Proyek Mesin 2026

Sebelumnya, para pekerja di divisi mesin Renault telah mulai mengembangkan unit tenaga untuk musim 2026 di bawah regulasi baru, namun proyek tersebut kini dihentikan. Sebagai gantinya, tim F1 Alpine akan menjadi tim pelanggan (customer team) mulai musim 2026.

Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Senin, Renault juga mengumumkan perubahan nama perusahaan mesinnya menjadi pusat rekayasa baru bernama Hypertech Alpine. Mereka menegaskan bahwa “aktivitas Formula 1 di Viry, kecuali pengembangan mesin baru, akan berlanjut hingga akhir musim 2025.”

Sementara itu, Alpine belum memberikan informasi resmi mengenai penyedia mesin mereka pada musim 2026, namun ada spekulasi kuat bahwa mereka akan menjadi pelanggan Mercedes. Setiap pekerja di divisi mesin Alpine di Viry-Chatillon akan ditawari peran baru dalam organisasi yang telah diubah namanya, termasuk dalam proyek mobil sport Alpine, pengembangan teknologi baterai dan motor listrik, serta program motorsport lainnya, seperti Kejuaraan Ketahanan Dunia (WEC).

Meskipun begitu, Alpine akan tetap mempertahankan “unit pemantauan F1” di Viry-Chatillon untuk memastikan para pekerja terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka di dunia F1, serta tetap berada di garis depan inovasi untuk berbagai proyek Hypertech Alpine.

Sejarah Panjang Renault di Formula 1

Sebagai penyedia mesin, Renault memiliki sejarah kaya dalam Formula 1, dengan lebih banyak kemenangan dibandingkan hanya Ferrari dan Mercedes. Keberhasilan terbesar Renault sebagai pemasok mesin datang pada 1990-an, ketika mereka membantu Williams meraih lima gelar Juara Dunia Konstruktor dalam enam tahun. Pada awal 2010-an, Renault juga menjadi pemasok mesin untuk Red Bull saat meraih empat gelar Juara Dunia berturut-turut.

Namun, sejak diperkenalkannya unit tenaga turbo hybrid V6 1.6 liter pada 2014, hubungan antara Renault dan Red Bull memburuk akibat kinerja dan keandalan mesin yang kurang memuaskan. Akhirnya, mesin Renault dijual kembali dengan merek TAG Heuer sebelum Red Bull beralih ke mesin Honda pada 2019.

Alpine kini berada dalam masa sulit, setelah terpuruk ke posisi sembilan dalam klasemen konstruktor musim ini. Dengan manajemen baru, tim ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja jangka panjang mereka, termasuk keputusan besar untuk menghentikan proyek mesin 2026 dan memutus hubungan dengan divisi mesin Renault.

Peta Persaingan Mesin F1 pada 2026

Untuk musim 2026, McLaren dan Williams akan tetap menggunakan mesin Mercedes hingga 2030, dan Alpine diperkirakan akan bergabung dalam daftar pelanggan Mercedes. Ferrari akan terus menyuplai mesin untuk timnya sendiri serta Haas hingga setidaknya 2028, sementara Sauber akan beralih menjadi tim resmi Audi mulai debut pabrikan Jerman tersebut di F1 pada 2026.

Red Bull Powertrains, dengan dukungan dari Ford, sedang mengembangkan unit tenaga pertama mereka untuk musim 2026, yang akan digunakan oleh kedua tim Red Bull. Di sisi lain, Honda akan bekerja sama dengan Aston Martin, yang saat ini masih menjadi tim pelanggan Mercedes.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Latest Posts